Sabtu, 16 Februari 2013

Menghadapi pasangan yang temperamen

Mengenal dalam seseorang, termasuk pasangan, bukan hal yang mudah.  Kerap kita sudah merasa mengenalnya, memahaminya, bahkan cara berjalannya pun dapat kita kenal. Itu baru kulitnya. Butuh beberapa waktu yang lama, bisa setahun atau parahnya sampai bertahun-tahun pun, sifat asli pasangan masih bisa tertutup rapat.
“Sewajarnya hubungan yang berkualitas adalah bisa saling menyenangkan bukan saling menyakiti. Sifat cepat marah dan mudah tersinggung bisa jadi merupakan bagian dari kepribadian yang sudah terinternalisasi sejak lama atau karena mekanisme tekanan atau situasi tertentu,” ungkap A Kasandra Putranto, psikolog.
Kenali Sifat Pasangan
Temperamen merupakan bagian dari kepribadian, belum tentu menandakan adanya gangguan kejiwaan. Meski memang ada beberapa gangguan kejiwaan yang memiliki ciri khas temperamental.
Umumnya orang yang temperamental memiliki toleransi yang rendah untuk menampilkan sikap abusive, baik secara verbal maupun secara non verbal. Namun tergantung tingkat temperamennya, batasan normatif yang dimiliki dan kualitas pengendalian emosi. Mereka yang masih bisa memiliki batasan normatif dan pengendalian emosi diperkirakan masih bisa bertahan pada kualitas yang tidak mencelakakan orang lain.
Secara fisik dan psikologis, pria memang mempunyai potensi marah yang lebih besar dibanding wanita. Fisik pria lebih besar, suara lebih keras, dan status pria cenderung superior. Namun, bukan berarti keadaan ini dapat dijadikan pembenaran setiap kemarahan yang mereka lakukan. Oleh sebab itu, sangat penting memahami karakter pasangan dan mengetahui dengan jelas sebab-sebab kemarahan mereka.
Ketahui yang Memancing Emosinya
Sebagai pasangan, Anda mungkin sudah berusaha sedemikan rupa untuk mengenal karakter pria tercinta. Ada tipe pria yang ekspresif dan ada juga yang pendiam. Masing-masing memiliki tipe gaya marah yang berbeda-beda. Hal-hal yang menjadi pemicu kemarahan pun berbeda pula.
          Biasanya, hal-hal yang sering membuat pasangan emosi,  dan memicu kemarahannya antara lain:

  1. Tegurannya pada suatu hal yang menurutnya penting, tidak Anda gubris
  2. Ketika Anda mencurigai hal-hal yang tidak dilakukannya
  3. Anda selalu mengungkit-ungkit kesalahan kecil
  4. Menyinggung masalah yang menyentil egonya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar